Setelah melewati gapura Selamat Datang di Tanah Karo, tibalah kami di Penatapan. Terlihat deretan warung disepanjang jalan, rata-rata menjual jagung rebus/bakar, mie rebus/goreng serta teh dan kopi untuk sekedar menghangatkan tubuh di tengah udara yang mulai terasa dingin sambil duduk-duduk menikmati pemandangan alam yang indah di tengah kabut tipis yang menyelimuti. Di kejauhan sesekali terlihat kera yang bergelantungan di pohon.
Walaupun dari Medan kami sudah sarapan, di tengah udara yang sejuk seperti ini perutpun mulai terasa lapar. Aku memesan sepiring mie goreng dan segelas teh manis panas. Suamiku memesan segelas kopi beserta jagung rebus. Tak lama setelah menikmati makanan tadi, kamipun melanjutkan perjalanan kembali menuju kota Brastagi. Di tengah perjalanan, Rudi Hartoyo teman blogger-ku dari medanwisata.com mengingatkan via media sosial untuk mengunjungi air terjun Sikulikap yang terletak tak jauh dari gapura tadi. Namun karena mengingat kami akan mampir lagi di beberapa tempat, membuat kami tak bisa menuju ke lokasi air terjun tersebut pada kesempatan kali ini.
"Makasih infonya ya Rud, moga-moga lain waktu bisa mampir kesana".
Taman Alam Lumbini memiliki pagoda berwarna emas yang merupakan pagoda tertinggi di Indonesia yang mendapatkan penghargaan dari MURI (Museum Rekor Indonesia). Berada di kompleks seluas 3 (tiga) hektar, pagoda ini merupakan replika dari pagoda Shwedagon yang ada di Myanmar. Dikelilingi oleh taman yang indah dan terawat, membuat tempat ini terlihat asri. Pengunjung yang tidak melakukan peribadahan juga diizinkan masuk kedalam asalkan mengikuti tata tertib yang berlaku.