Hal lain yang perlu menjadi pertimbangan sebelum memutuskan untuk menikah adalah kesiapan finansial. Hey... menikah itu bukan pesta satu malam saja, itu adalah komitmen yang dibuat untuk seumur hidup. Artinya, uang yang ada bukan untuk dihabiskan pada saat acara berlangsung saja namun perlu dipikirkan kehidupan seperti apa kelak yang akan dijalani dengan keadaan keuangan yang ada saat ini. Walau uang bukan hal utama, namun menjadi cukup penting sebagai bekal dalam membina kehidupan berumahtangga. Bukan tak mungkin percekcokan akan muncul bermula dari soal keuangan yang kacau balau. Kadangkala aku hanya tersenyum bila ada seseorang yang mengatakan bahwa uang tak menjadi masalah selama keduanya saling mencintai. Well... menikah memang dimulai dari titik nol, tapi aneh kan rasanya bila tak punya "bahan bakar" yang cukup untuk membuatnya berjalan mulus? Menyelaraskan soal keuangan itu juga bukan perkara mudah, hal-hal yang saat pacaran tak muncul, justru bisa menjadi masalah sesudah menikah. Itulah sebabnya keterbukaan soal finansial hingga kesepakatan itu harus dibicarakan dan disepakati saat belum menikah, bukan justru sesudah menikah... hehehe. Jadi rasanya aneh kalau ada yang berpendapat 'yang penting nikah aja dulu, nanti semuanya bisa diatur...'.
Soal kesiapan perencanaan masa depan tentu masuk dalam agenda yang harus dibahas juga. Apakah bisa menyelaraskan visi ke depannya, apakah sepakat dengan hal-hal yang ingin dicapai (termasuk soal perencanaan karir), apakah sepakat dengan perencanaan memiliki momongan, dan target masa depan seperti apa yang ingin diwujudkan bersama-sama, tentunya menjadi pembahasan penting sebelum memutuskan untuk menikah. Bila dalam pembicaraan masih menemukan ketidaksepakatan, coba untuk membicarakannya kembali. Bila tetap tak sepakat, hati-hati juga... jangan pernah berpikir bahwa hal itu bisa berubah seiring dengan berjalannya waktu. Untuk sebagiannya mungkin bisa, tapi sebagian besar menjadi lebih sulit untuk disepakati.
Ternyata isi dari sebuah pernikahan itu memang tak mudah ya? Bukan berarti menjadi sulit juga sepanjang kedua pasangan tetap berusaha untuk menyelaraskan diri satu sama lain. Masa pacaran yang lama tak selalu menjamin kita akan mengetahui A-Z soal pasangan, tak selalu menjamin pernikahan kelak akan bebas dari ujian dan cobaan, karena kejutan-kejutan baru akan muncul saat pasangan hidup berdua dibawah satu atap. Kadang-kadang saat pacaran toleransi kita terhadap pasangan cukup tinggi, karena kita merasa ia belum seutuhnya menjadi milik kita. Begitu menikah, belum tentu lho semua menjadi lebih mudah... hehehe. Pernikahan memiliki fase-fase kritis yang pasti akan dirasakan oleh setiap pasangan. Bulan pertama biasanya diisi dengan romantisme tinggi serta rasa bangga menjadi sepasang suami istri baru. Bulan-bulan berikutnya menjadi penentu apakah pernikahan akan berlangsung lama atau bubar jalan. Bila berhasil melalui 5 (lima) tahun pertama yang biasanya cukup sulit karena banyak melakukan penyesuaian baru, mudah-mudahan selanjutkan akan lebih lancar. Fase kritis kedua adalah pada tahun ke-10 (sepuluh), rutinitas kadangkala membuat kejenuhan tersendiri. Bila hati tak lagi terpaut, pikiran tak lagi selaras, visi tak lagi sama, inilah yang membuat sebagian pasangan akan merasakan "love cold". Menghabiskan moment hanya berdua saja sambil membicarakan lagi komitmen pernikahan menjadi salah satu obat yang mujarab untuk menyelamatkan pernikahan dari fase tadi.
Akhirnya, apa sih yang bisa menjadi sinyal bagi wanita maupun pria untuk menyatakan bahwa "he`s/she's the one"? Menurutku cuma hati yang bisa menjawab, ditambah dengan mengamati setiap kebiasaan, tingkah laku maupun keputusan-keputusan yang pernah dibuat selama kita berhubungan dengannya. Kita mungkin bisa jatuh cinta berjuta kali, namun untuk menemukan soulmate memerlukan extra effort. Walaupun ini hanya pendapat pribadiku, namun aku dan suami sudah melewati 2 (dua) fase kritis tadi sehingga apa yang aku utarakan diatas adalah buah dari pemikiran dan pengalamanku. Tak pernah ada pernikahan yang mudah, tapi pernikahan bisa terus diupayakan selama kedua pasangan masih ingin terus bersama. Tak ada pernikahan yang sempurna, yang ada hanya pernikahan yang dibentuk sesuai dengan keinginan bersama...
*Tulisan ini dibuat hanya untuk memberikan gambaran realistis tentang sebuah pernikahan impian agar pasangan yang berpikir untuk menikah lebih bisa mempersiapkan diri sebaik mungkin.