Rasanya mau cari makanan apa aja tersedia di Jakarta. Semuanya tergantung pada selera masing-masing orang. Diantara sekian banyak pilihan citarasa makanan, kali ini aku & suami ingin mencoba hidangan khas Melayu Peranakan. Tempat yang kami kunjungi adalah Mama Malaka. Saat memasuki restoran yang terletak di Skybridge, lantai 3A, East Mall Grand Indonesia di Jakarta Pusat ini, kesan pertama yang dirasakan adalah keramahan dari pelayannya. Kami dipersilahkan memilih tempat duduk di pinggir jendela jika mau menikmati pemandangan pusat kota Jakarta. Karena kami hanya berdua saja, akhirnya kami memilih duduk tak begitu jauh dari jendela.
9 Comments
Mungkin tak banyak orang yang tau mengenai kehidupan pribadiku. Ada hal-hal menarik yang terjadi dalam perjalanan hidup, terutama sejak berumah tangga. Sisi lain inilah yang nyaris tidak pernah dibagi kepada orang lain, cukup hanya aku & suami yang merasakannya. Namun, ada peristiwa & pengalaman unik yang rasanya ingin dituangkan dalam bentuk cerita selama kami bersama-sama.
Wah... lagi-lagi kopi ! Aku bukan penikmat kopi, alasan sebenarnya kenapa mampir di Kopi Oey ini adalah karena bingung mau makan apa... hehehehe. Tapi ada yang menarik disana, setelah diperhatikan ternyata pemilik Kopi Oey ini adalah Pak Bondan Winarno. Aku juga baru tau loh.... kudet (kurang update) banget gak sih... Kopi Oey ini disebut juga Kopitiam Oey, yang artinya "kedai kopi". Dalam bahasa Hokkien, kedai kopi disebut '"ka fe tien". Orang-orang Melayu & Straits Chinese di Semenanjung Malaya lantas menyebutnya sebagai "kopitiam". Dan nama "Oey" itu sendiri berasal dari nama pemiliknya, plesetan dari "Oey-narno" alias Winarno (nama belakang pak Bondan). Dan nama tersebut sih kabarnya sedang didaftarkan agar tidak ada pihak-pihak yang tersinggung.
Jalan-jalan ke Kota Tua rasanya kok belum lengkap ya kalau belum nyobain nongkrong di Cafe Batavia yang terletak di depan Museum Fatahillah, Jakarta. Setelah lelah & berpanas-panas memotret di kawasan Kota Tua, perutku juga mulai keroncongan minta diisi. So... aku & suamiku memutuskan untuk masuk ke Cafe Batavia, yang terletak di sebuah bangunan tua bernuansa kolonial Belanda. Bangunannya antik berwarna kehijauan. Saat pertama kali memasukinya, kesan nyaman langsung terasa. Atmosfirnya seolah-olah membawa kita kembali ke zaman kolonial. Alunan musik lembut terdengar membuat suasana semakin cozy. Interiornya terbuat dari kayu lama yang masih sangat baik kualitasnya. Dimana-mana terdapat jendela yang besar & tinggi. Dinding-dindingnya dipenuhi berbagai poster & foto-foto artis lama dari mancanegara. Secara keseluruhan, tempat ini memang betul-betul nyaman !
Jakarta... hmmm... aku selalu membayangkan kemegahan ibukota yang penuh dengan kelap-kelip lampu, hiruk-pikuk dan aktivitas warganya yang nyaris gak pernah "tidur". Kunjunganku ke Jakarta kali ini rasanya gak lengkap kalau gak mengeksplor sisi lain dari Batavia yang mungkin gak terlalu menarik lagi untuk sebagian generasi muda.
"Jadi kan kita motret ke Kota Tua Mol?" tanya suamiku. Bagi suamiku yang gemar memotret, Kota Tua selalu punya kesan tersendiri. Untuk itulah ia mengajakku kesana karena aku juga sudah mempersiapkan kamera mirrorless-ku untuk mengabadikan hal-hal menarik selama di Jakarta. "Mudah-mudahan besok gak hujan ya bang, biar kita bisa motret disana" kataku. Dulu aku gak pernah berpikir bakal punya pasangan yg hobinya sama, tapi mungkin itu namanya jodoh ya... Memang sih gak semuanya sama, tapi kebanyakan saling berhubungan. Salah satu minat yg menyatukan aku & suamiku adalah... traveling ! Dan kegiatan ini ternyata didukung dengan hobi kita yg sama... motret ! Suamiku senang fotografi sejak beberapa tahun lalu dan aku senang menjadi objek fotonya... hehehehe. Belakangan, minatku terhadap dunia fotografi jadi lebih tinggi, dan aku banyak belajar memotret dari suamiku serta membaca beberapa referensi lain. Klop... sekarang kita berdua senang jalan-jalan, sekaligus mengabadikan objek menarik lewat jepretan kamera. Kemanapun pergi, kami selalu membawa kamera masing-masing, siapa tau ada kesempatan motret.
Aktifitasku setiap hari sebenarnya nyaris sama, namun ada kalanya rutinitas itu membuat rasa jenuh mulai menyerang. Aku gak terlalu suka dengan sesuatu yg gak direncanakan, aku terbiasa dengan apa2 harus disusun dulu sebelum dilakukan. Tapi ternyata hidup ini gak sepenuhnya dalam kendali kita, kadang2 kejutan itu muncul dalam kehidupan. Seperti kali ini, suamiku harus berangkat keluar kota, menyebabkan beberapa rencana yg udah kita susun jadi terkendala. Apapun itu, harus dijalankan...
"Molly nanti temani sampai ke airport ya..." suamiku meminta. "Iya, nanti dianterin sampai mau boarding", kataku. Perjalanan itu dimulai dari stasiun kereta api Medan, tepatnya Airport Railink Services (ARS) Medan. Berangkat dengan jadwal kereta jam 08.20 Wib supaya tiba di bandara sekitar jam 09.00 Wib. Hari itu cuaca agak mendung, langit juga sedikit berkabut (mungkin efek dari lava Gunung Sinabung). Setiap aku mendengar kata "Nasi Bakar"... ingatanku selalu tertuju ke Bandung ! Entah kenapa, mungkin karena pengalaman pertama mencoba menu ini adalah sewaktu aku kuliah di Bandung, Jawa Barat. Sekarang tentunya gak sulit lagi mencari menu khas Indonesia ini. Tidak ada yg terlalu spesial dalam pembuatan nasi bakar, hanya dibungkus daun pisang, lalu diberi lauk yg dipilih lalu dibakar. Aromanya yg membuat aku menyukai menu ini, karena berbumbu maka rasanya juga gurih.
"Mol, jalan2 liat vihara yuuk...", kata suamiku.
"Vihara lagi? Bukannya kita udah lumayan sering motret vihara?", kataku. "Iya, tapi vihara yg ini belum sempat kita eksplore kan?", suamiku beralasan. Kalo aku & suamiku melihat semua foto2 perjalanan kami, vihara menjadi salah satu objek yg cukup sering difoto. Kemanapun kami pergi, rasanya selaluuuu... aja ada vihara yg difoto. Lama2 mabok juga liat vihara... hahahaha. Tapi tetap gak menyurutkan niat kami mengunjungi vihara yg dimaksud. Maha Vihara Maitreya yg berlokasi di Kompleks Perumahan Cemara Asri, ternyata merupakan salah satu vihara terbesar di Indonesia & memiliki lahan seluas 4,5 ha. Vihara ini dibangun pada tahun 1991 & baru diresmikan di tahun 2008. Memasuki bagian dalam vihara, terlihat interior yg sederhana namun tetap membawa suasana tenang berada didalamnya. Disana terdapat kolam ikan koi yg lumayan besar. Disisi luar vihara juga terdapat taman burung yg menjadi tempat peristirahatan ratusan burung. Walaupun vihara ini adalah tempat peribadatan bagi agama Budha, namun banyak juga pengunjung yg hanya sekedar melihat2 isi vihara namun tetap menjaga ketertiban & sopan santun selama berada di dalamnya. Ngomongin kuliner memang gak ada habisnya ya... gak bikin bosen juga. Mungkin masih banyak tempat nongkrong asyik di kota Medan yg belum aku kunjungi, tapi ada satu tempat yg pingin aku rekomendasikan untuk nongkrong sekaligus icip2 makanan disana. Bertempat di Jl. Suka Terang No.8 STM Atas, Medan... cafe yang terletak di area pemukiman ini layak untuk dijadikan alternatif tempat bersantai, bersama teman2 & keluarga. Tempatnya enak buat nyantai, dan karena konsepnya adalah terbuka, jadi kita bakal merasa ada ditengah2 taman ! Pilihan menunya juga variatif dan aku suka dengan taste makanannya. Kopi Kita buka setiap hari (kecuali Jum`at) mulai pukul 15.00 WIB - 23.30 WIB.
Pening... bete... bosan... !! Bukan perasaan yg aneh, setiap orang pasti pernah mengalaminya. Aku pun sering terjebak dalam suasana yg gak mengenakkan seperti itu, padahal rasanya banyaaaakk... banget yg pingin dikerjakan. Duduk berjam2 di depan laptop juga gak menghasilkan ide apa2... kutak katik smartphone pun gak sanggup menghilangkan suntuk. Kayaknya satu2nya obat adalah... keluar dari rumah & nongkrong di tempat makan ! Sejujurnya, aku bukan tukang makan, tapi kebiasaan nongkrong duduk2 sambil minum & makan sepertinya jadi kebiasaan yg susah ditinggalkan. Ini bermula dari sejak aku menikah belasan tahun lalu, suamiku yg pecinta kopi sering mengajakku ke gerai kopi. Disana ia biasa pesan kopi sambil merokok, dan aku juga ikut memesan minuman selain kopi utk sekedar menemaninya duduk2 & ngobrol. Lama2... laper juga yah klo minum doang... hahahaha. Liat menu makanan & mulailah memesan mulai dr yg ringan2 sampai kategori makanan berat ! Akhirnya, kebiasaan ini berlangsung selama bertahun2... tanpa terasa, kami pun punya kebiasaan utk nongkrong sambil makan & minum.
Pilihan tempat nongkrongnya biasa dimana aja, dari mulai cafe sampai warung di pinggir jalan pun dicoba. Ini cukup sering kami lakukan bahkan di hari2 biasa sekalipun (gak melulu pas weekend atau libur aja). Sepulang dari kantor, suamiku kadang2 mengajakku muter2 kota sambil ngobrol di mobil & berakhir di salah satu tempat nongkrong. Seakan dia tau klo istrinya ini "not in the good mood", rasanya hal2 begini yg mampu mengusir semua penat & rasa bete yg aku alami pada hari itu. Dalam hal ini, suamiku termasuk "pintar" membaca situasi... hahahaha... "Chimeng?? Nama yg aneh..."
"Kok namanya Chimeng, ide darimana?" Itulah beberapa komentar dari orang2 terdekatku soal nama tadi, padahal Chimeng hanya seekor kucing jantan yg mulai beranjak gede penghuni kompleks perumahan tempat aku tinggal. Awal perkenalanku dengan Chimeng adalah saat aku & suamiku sibuk angkat2 barang pindahan sekitar bulan Juli 2013 lalu, saat semua orang kerja.... eeh... tiba2 muncullah sesosok kucing & langsung sok akrab masuk ke dalam rumah yg masih berantakan bak kapal pecah! Aku yg awalnya gak peduli, akhirnya tercuri juga perhatianku saat dia mulai menggosok2kan badannya di kakiku. Waktu itu badannya masih agak kurus & kecil, dan karena aku pecinta kucing... langsung kuangkat badannya utk digendong, rupanya jinak. Sesudah kami makan siang diantara tumpukan barang2, sisa makanan kami kuberikan ke Chimeng & dia memakanannya dengan lahap. Seakan mengembalikan memory-ku soal kucing (karena sejak Dudut meninggal 2 thn lalu, aku tidak memelihara kucing lagi di rumah)... aku merasa bakal betah di rumah baru kami ini, karena belum2 udh disambut dengan kehadiran kucing kecil yg lucu. Hari selanjutnya, setiap kami membereskan isi rumah, Chimeng tetap muncul, sehingga muncul ideku utk memberikan dia nama, sesuai dengan bunyinya yg selalu mengeong... meng... meng... Chimeng nih yg pas kayaknya... hihihihi. Akhirnya nama itu melekat sampai sekarang. Sebenarnya aku gak tau siapa pemilik kucing ini, tapi dia selalu muncul setiap hari sampai hari ini. Pagi2 buka pintu udah muncul dia disitu sambil mengeong2 minta makan. Secara gak langsung, sekarang Chimeng seolah2 kucing peliharaanku padahal bukan. Gak papa deh, kupikir gak ada ruginya juga aku urus dia, sekalian bisa nemenin kalo lagi suntuk & ada target untuk diajak main... hehehe. Kalau berkunjung ke Medan kurang lengkap kalo belum mengunjungi Taman Buaya Asam Kumbang. Jadi bukan hanya kulinernya aja yg menarik di Medan ini, tp buaya2 yg notabene makhluk menyeramkan pun menjadi salah satu iconnya. Taman Buaya Asam Kumbang terletak di Jl. Bunga Raya II no.59, Kelurahan Asam Kumbang, Kecamatan Medan Selayang, sekitar 10 km dari pusat kota Medan. Sebelum masuk ke dalam, ada gapura bercorak buaya yg menandakan lokasi penangkaran reptil terbesar di Indonesia. Penangkaran ini udh menghasilkan ribuan ekor buaya loh !
|
AboutI`m Indonesian, currently living in Medan, North Sumatra. My intention is to share my activities & hobbies. I love travelling, photography, reading a book, writing, listening to music & sometimes like to try culinary... Archives
May 2015
Categories
All
|